BRIEF.ID — Puluhan jurnalis perempuan dari berbagai negara Asia akan berkumpul di Metro Manila pada 6–9 Agustus 2025 dalam ajang Asian Women Journalists for Media Freedom 2025. Pertemuan ini menjadi wadah untuk membahas isu-isu yang dihadapi jurnalis perempuan, khususnya terkait keamanan, kebebasan pers, dan hambatan gender dalam peliputan berita.
Sebagai salah satu perwakilan dari Indonesia, BRIEF turut serta menghadiri konferensi yang diprakarsai Asian Center for Journalism (ACFJ) di Ateneo de Manila University. Agenda ini dibuka dengan sesi publik di kampus Ateneo pada Kamis (7/8/2025), dihadiri jurnalis profesional dari berbagai negara di Asia, jurnalis kampus, akademisi, aktivis kebebasan pers, serta perwakilan lembaga pemerintah dan organisasi masyarakat sipil.
Menghadirkan sejumlah pembicara terkemuka, diskusi juga melibatkan pimpinan redaksi dari berbagai media besar di Asia. Perwakilan pemerintah, seperti Komisi Hak Asasi Manusia Filipina, Komisi Perempuan, dan Legal Service for Independent Media (LSIM) juga turut berbagi langkah dan dukungan yang telah dilakukan untuk melindungi jurnalis perempuan.
Sesi siang hari berlangsung tertutup bagi peserta undangan dari berbagai negara Asia untuk membahas pengalaman, laporan situasi negara masing-masing, dan strategi advokasi ke depan. Laporan akan disampaikan oleh perwakilan dari Indonesia, Nepal, Malaysia, Vietnam, India, Singapura, dan Hong Kong.
Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari konferensi serupa yang digelar di Semarang, Indonesia, pada Oktober 2023. Saat itu, para peserta sepakat membentuk jejaring Movement for the Safety and Welfare of Women Journalists (We-Move) yang aktif mengadvokasi keamanan jurnalis perempuan di kawasan.
Kemudian pada Jumat (8/8/2025) para peserta yang berasal dari berbagai negara di Asia juga tur budaya dan media, termasuk kunjungan ke Ateneo Art Gallery, Departemen Komunikasi Ateneo, dan kantor harian Philippine Daily Inquirer di Makati City untuk berbagi update tentang peran kepemimpinan perempuan di ruang redaksi dan perkembangan bisnis jurnalisme.
Penyelenggara berharap pertemuan kali ini dapat menghasilkan langkah nyata untuk memperkuat solidaritas, menciptakan mekanisme dukungan lintas negara, dan memastikan kebebasan pers bagi jurnalis perempuan di Asia tetap terjaga. (ano)