BRIEF.ID – Amerika Serikat (AS) mengalami deflasi untuk pertama kali sejak tahun 2020 setelah rilis data inflasi Juni 2024 yang lebih rendah dari perkiraan.
Hal itu membuat investor optimistis suku bunga The Fed (Federal Reserve) atau Bank Sentral AS akan dipangkas pada September 2024.
Secara tahunan atau year on year (yoy), inflasi AS turun menjadi 3% di bawah perkiraan sebesar 3,1%, dan lebih rendah dari inflasi tahunan pada Mei 2024 sebesar 3,3%. Selain itu, inflasi inti juga tercatat menurun menjadi 3,3% dari 3,4% (yoy).
Indeks Harga Konsumen (IHK) AS pada Juni 2024 mencatat deflasi sebesar 0,1% month on month (mom), lebih rendah dibandingkan ekspektasi konsensus yang memperkirakan inflasi sebesar 0,1% mom.
“Ini merupakan deflasi pertama yang dilami AS sejak tahun 2020,” kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede, seperti dikutip Antara, Jumat (12/7/2024).
Menurut dia, data IHK yang lebih rendah dari perkiraan menunjukkan perkembangan disinflasi yang konsisten di AS.
Deflasi yang dialami AS pada Juni 2024 semakin meningkatkan keyakinan investor bahwa suku Feredal Reserve (The Fed) akan dipangkas pada September 2024.
“Investor terus mempertahankan ekspektasi mereka mengenai kebijakan dua kali penurunan suku bunga The Fed pada tahun 2024,” ungkap Josua.
Hal itu, lanjutnya, semakin mendorong sentimen risk-on di pasar, yang memicu pelemahan dolar AS pada Kamis (11/7/2024), dan membuat mata uang global menguat terhadap dolar AS, termasuk rupiah.
Pada pembukaan transaksi antarbank pagi ini, rupiah terpantau naik 0,24% atau 40 poin menjadi Rp16.155 per dolar AS, dari posisi sebelumnya di Rp16.195 per dolar AS.