BRIEF.ID – Lembaga pemerintah nonkementerian Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) memperingati 63 tahun pidato Presiden Pertama Republik Indonesia (RI) Soekarno berjudul “To Build The World Anew.” Pidato monumental Presiden Soekarno yang akrab disapa Bung Karno, disampaikan di Markas Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) New York, Amerika Serikat (AS), pada 30 September 1960.
“Berdasarkan arsip resmi PBB dan ANRI, 63 tahun yang lalu, tepat pada Jumat, 30 September 1960, menjelang pukul 15.00 sore, Bung Karno bersama delegasi memasuki ruang sidang
umum ke-15 PBB, pada planery meeting ke-880, untuk menyampaikan pidato yang sangat monumental,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala ANRI Imam Gunarto seperti diberitakan Antara, Sabtu (30/9/2023).
Ia mengatakan, pidato itu menandai detik-detik bersejarah tentang geopolitik Indonesia, yang terpatrikan pada monumen pemikiran internasional, yang kemudian menjadi fondasi kokoh untuk membangun politik luar negeri dan politik kebangsaan Indonesia.
Sidang Umum PBB saat itu merupakan agenda ke-9 yang berisi kelanjutan dari debat umum di antara pimpinan negara di dunia. Sidang dipimpin presiden sidang umum Frederick H. Boland dari Irlandia.
Durasi sidang berlangsung selama 4 jam 25 menit, dimulai pada pukul 3 sore sampai dan berakhir pada pukul 7.25 malam waktu New York. Setelah sejumlah perwakilan negara menyampaikan pernyataan, pimpinan sidang umum meminta Presiden RI Soekarno menyampaikan pidato bukan pernyataan.
Pada agenda ke-9, ada 7 negara yang menyampaikan pernyataan atau pidato. Dari 122 menit, di akhir pidato Bung Karno, yang menggunakan bahasa Inggris, mengatakan, “Membangun dunia kembali. Membangun dunia yang solid dan kuat dan waras. Membangun dunia di mana semua bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan. Membangun dunia yang sehat. Membangun dunia yang sesuai dengan mimpi-mimpi dan ideal untuk umat manusia. Putuskan sekarang dengan masa lalu, karena hari ini telah tiba. Putuskan sekarang dengan masa lalu, sehingga kita dapat memastikan untuk melangkah ke masa depan.”
“Sepanjang Bung Karno berpidato tepuk tangan bergemuruh. Bahkan di akhir pidato seluruh hadirin memberikan aplaus panjang sambil berdiri. Sang pemimpin sidang pun mempersilakan Bung Karno turun dari podium, dan memberikan waktu kepada Perdana Menteri India Nehru untuk menyampaikan pernyataan. Pada awal pernyataannya, Nehru mengungkapkan tentang rancangan resolusi PBB di dalam dokumen A/4522, yang substansinya telah dipaparkan dan
diuraikan oleh Bung Karno. Rancangan resolusi tersebut diinisiasi/disponsori oleh Ghana, India, Indonesia, Mesir dan Yugoslavia,” lanjut dia.
Pernyataan Nehru itu menggambarkan Bung Karno diakui sebagai pemimpin dan juru bicara para tokoh besar tersebut. Merekalah dikenal kemudian pendiri Gerakan Non Blok.
“Arsip pidato Bung Karno di PBB tersebut, 63 tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 24 Mei 2023 diakui sebagai Memory of the World UNESCO,” kata Imam.
Dalam pidato Bung Karno diungkapkan secara jelas dan rinci tentang Pancasila sebagai ideologi yang mampu mengatasi kebuntuan ideologi barat (kapitalis dan materialis) dan ideologi blok timur (sosialis dan komunis).
“Pancasila ditawarkan menjadi instrumen geopolitik yang menyatukan dunia, berasal dari bumi Nusantara,” kata dia.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto yang juga dikenal sebagai doktor di bidang geopolitik, menyampaikan harapannya atas pidato Bung Karno itu bagi bangsa Indonesia, termasuk bagi kalangan muda mahasiswa yang ikut menjadi peserta pada peringatan itu.
No Comments