BRIEF.ID – Acara perpisahan sekaligus pelepasan sekolah seharusnya menjadi momen kegembiraan karena siswa telah lulus menjalani pembelajaran. Acara ini sekaligus menjadi momen untuk merayakan kebersamaan selama bertahun-tahun menjalani proses pembelajaran.
Ironisnya, acara perpisahan dan pelepasan Sekolah Menengah Kejuruan Lingga Kencana, Depok, justru berganti lara kala maut menjemput. Sembilan siswa dan seorang guru pulang terbujur kaku, menyisakan duka dan pilu.
Tangis dan doa bercampur saat enam jenazah dimakamkan bersama di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Parung Bingung, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, Minggu (12/5/2024).
Mereka adalah seorang guru bernama Suprayogi (65) bersama lima siswanya, yakni Dimas Aditya (17), Intan Fauziah (19), Intan Rahmawati (19), Mahesa Putra (19), dan Robiatul Adawiyah (19). Mereka dimakamkan di TPU yang sama karena memang tinggal tidak jauh dari sana.
Derai air mata mengalir di pipi Siti Musyarofah (27), bibi dari Intan Rahmawati. Ia larut dalam duka saat sang keponakan yang sangat ia sayangi pulang dalam kondisi tidak bernyawa.
”Padahal, setengah jam sebelum kecelakaan saya masih berkomunikasi dengannya,” ungkap Siti.
aat itu, Siti menanyakan perihal kepulangan Intan ke rumah. Intan pun menjawab sedang dalam perjalanan pulang. ”Itulah komunikasi terakhir saya dengan Intan,” ucap Siti dengan mata berkaca-kaca.
Menghadiri acara perpisahan sekolah sungguh dinanti-nantikan Intan karena ia dan teman-temannya akan jalan-jalan ke Bandung. Namun, di awal perjalanan pada Jumat (10/5/2024), sejumlah tanda mengisyaratkan bus Trans Putera Fajar yang ditumpanginya tidak baik-baik saja.
Siti teringat sesaat setelah Intan bertolak dari Depok ke Bandung, keponakannya itu mengeluhkan kondisi di dalam bus yang tidak nyaman. Alhasil, sepanjang perjalanan Intan merasa pusing. ”Itulah sebabnya saya selalu menanyakan kabar Intan,” kata Siti.
Kini, Intan telah pergi meninggalkan mimpi yang ingin ditorehkan selepas lulus SMK. Mimpi tentang keinginan segera bekerja untuk membantu kedua orangtuanya. Seperti dikisahkan Siti, Intan juga ingin memiliki sepeda motor hasil kerjanya sendiri. Namun, mimpi itu pupus bersama dengan kepergian keponakannya.
Impian Membahagiakan Ibu
Sadilah Fajar (27), sepupu dari Dimas Aditya, juga larut dalam kesedihan. Teman mengobrol yang selalu dinantikannya kini telah berpulang.
Acara pelepasan ke Bandung juga Dimas nantikan sejak satu bulan lalu. Fajar mengatakan, dalam percakapan terakhir dengannya, Dimas sempat mengajak untuk ikut ke Bandung. ”Ayo nyusul ke Bandung,” kata Fajar menirukan Dimas.
Fajar mengenang sepupunya itu sebagai pemuda yang supel dan pekerja keras. Bahkan, berkali-kali Dimas meminta informasi lowongan pekerjaan agar selepas SMK bisa langsung mencari uang.
Dimas memang memiliki mimpi untuk bisa membahagiakan sang ibu setelah ayahnya meninggal dunia. Anak sulung itu ingin menggantikan peran sang ayah, yakni menjadi tumpuan bagi dua adik dan ibunya.
”Itulah sebabnya, Dimas ingin sekali segera memperoleh pekerjaan,” kenang Fajar.
Kepedihan mendalam juga dirasakan Karnaen (55). Suprayogi, kakaknya, merupakan satu-satunya guru yang tewas dalam kecelakaan itu.
Kala mendengar kabar jika sang kakak turut menjadi korban meninggal, Karnaen segera ke lokasi karena dia tinggal tak jauh dari Subang. ”Saya baru bertemu dengan kakak saya ketika sudah tidak bernyawa,” ujarnya. Tangisnya pun pecah seketika.
Proses pemakaman jenazah korban kecelakaan bus di Subang, Dimas Aditya, di Tempat Pemakaman Umum (TPU) I Parung Bingung, Depok, Jawa Barat, Minggu (12/5/2024).
Saat pergi, Suprayogi mengajak sang istri, Titin Rohati (55). Mereka ikut acara perpisahan karena selain untuk mengawasi para siswa, keduanya juga ingin jalan-jalan guna melepas penat.
Namun, saat menumpangi bus Trans Putera Fajar, Suprayogi sempat mengeluh. ”Kok bus gini-gini amat ya,” ucap Karnaen menirukan perkataan kakaknya. Ini menandakan sejak awal, kondisi bus sudah tidak laik.
Oleh karena itu, Karnaen berharap agar pemerintah mengusut tuntas kasus ini, termasuk memberikan sanksi pada perusahaan yang tetap mengoperasikan bus yang tidak laik. ”Kami meminta Pak Kapolri agar kasus ini diusut tuntas. Jangan sampai kejadian ini terulang lagi,” kata Karnaen.
Bus Bermasalah
Dian Nur Farida dari bagian Humas Yayasan Kesejahteraan Sosial Depok menuturkan, secara keseluruhan ada 157 orang yang ikut dalam acara perpisahan ini. Mereka terdiri dari 28 guru dan 122 siswa. Dalam perjalanan, mereka menggunakan tiga bus.
Dian menerangkan, acara perpisahan ke Bandung merupakan kesepakatan bersama antara wali murid dan guru. ”Sebelum berangkat pun kami sudah melakukan survei, termasuk pengecekan kendaraan yang akan digunakan,” katanya.
Hanya saja, dari tiga bus yang beroperasi, ada satu bus yang bermasalah. Dua bus yang lain pulang dengan selamat dan tidak ada kendala.
Dengan adanya musibah ini, pihak yayasan akan berkoordinasi dengan pihak terkait, termasuk kepolisian, untuk mengungkap apa yang sebenarnya terjadi. ”Yang kami tahu bus yang digunakan berasal dari PO resmi. Nyatanya di tengah pelaksanaannya ada penyimpangan,” katanya.
Wakil Wali Kota Depok Imam Budi Hartono berjanji akan mengusut tuntas kasus ini bekerja sama dengan pihak terkait, terutama kepolisian. ”Kami terus mendukung upaya pemeriksaan dari kepolisian, terutama kepada perusahaan perusahaan otobus,” kata Imam.
Hanya saja, dirinya tidak bisa berbuat banyak karena dari hasil pemeriksaan, PO bus tersebut berasal dari Kabupaten Bogor. ”Kami pun akan berkoordinasi dengan Pemkab Bogor untuk menyelesaikan masalah ini,” kata Imam.
Saat ini, ujar Imam, pemerintah tengah fokus untuk menangani proses perawatan juga pemakaman dari para korban. Ada 11 korban tewas dan 32 orang luka-luka.
Untuk korban tewas sudah dimakamkan di sejumlah tempat pemakaman umum, seperti di TPU Parung Bingung, TPU Karabha Tapos, TPU Pasir Putih, dan TPU Rawa Denok, Depok.
Adapun untuk korban luka ada sekitar 32 orang yang dirawat di tiga rumah sakit, yakni di RSUD Kota Depok, RS Umum Universitas Indonesia, dan RS Bhayangkara Brimob, Depok. ”Adapun tiga warga Depok masih dirawat di Subang karena tidak memungkinkan untuk dipindahkan,” kata Imam.
Di sisi lain, Pemerintah Kota Depok akan mengevaluasi kegiatan di luar sekolah, terutama perjalanan hingga ke luar kota. Pemkot juga ingin memastikan proses pelaksanaannya berlangsung dengan aman.
”Kami akan berkoordinasi dengan pemprov karena untuk tingkat SMA atau SMK merupakan kewenangan pemprov,” ungkapnya.
Insiden yang menewaskan guru dan siswa di SMA Lingga Kencana diharapkan menjadi pelajaran bagi semua pihak untuk tidak memandang remeh keselamatan. Memastikan standar keamanan dan keselamatan menjadi tanggung jawab bersama. (Kompas.id)