Pilpres 2024, Ahli Sosiologi UGM Sebut Jokowi Desain Sistematis Kemenangan Paslon 2

April 2, 2024

BRIEF.ID – Presiden Joko Widodo (Jokowi) dinilai mendesain secara sistematis langkah-langkah untuk memenangkan pasangan calon (paslon) nomor urut 2, pada Pilpres 2024.

Hal itu disampaikan ahli sosiologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr Suharko sebagai saksi ahli dalam sidang permohonan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Pilpres 2024, yang diajukan Paslon 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD, di Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Selasa (2/4/2024).

Menurut Suharko, argumen tentang adanya desain sistematis yang dilakukan Jokowi untuk memenangkan calon presiden (Capres) dan calon wakil presiden (Cawapres) Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka (Prabowo-Gibran), didasari pada dua variabel, yaitu kondisi ekonomi nasional dan kepemimpinan atau ketokohan Presiden Jokowi.

Selain itu, tim pemenangan paslon 2 sangat memahami variabel yang akan bekerja untuk mempengaruhi perilaku pemilih pada rangkaian pemilu 5 tahunan di Indonesia sejak 1999 hingga 2019.

“Selama mengamati proses pemilu 2024, saya melihat bahwa Presiden Jokowi menempati posisi dan peran sangat sentral dalam mempengaruhi hasil Pemilu 2024, sehingga saya berkesimpulan Presiden Jokowi memiliki suatu desain sistematis untuk memenangkan paslon 2 yang didukung menjadi penggantinya,” kata Suharko.

Dia menjelaskan, variabel kondisi ekonomi nasional terlihat dari beberapa faktor. Pertama, kondisi ekonomi yang ditandai pertumbuhan ekonomi relatif stabil, ketiadaan gejolak ekonomi yang berarti, atau ketiadaan krisis ekonomi pada umumnya yang membentuk persepsi publik dan menjadi dasar pertimbangan bagi pemilih menentukan pilihannya pada calon petahana.

“Ketika tidak ada krisis atau gejolak ekonomi, maka akan memberikan persepsi bahwa kondisi baik-baik saja maka pemilih cenderung memberikan suara kepada petahana,” ujar Suharko.

Kedua, kondisi ekonomi yang sebaliknya, biasanya akan mengantarkan persepsi dan pertimbangan pemilih kepada calon penantang petahana.

Dalam kaitan ini, meskipun perekonomian Indonesia terdampak serius pandemi Covid-19 pada tahun 2020 hingga awal 2023, pemerintahan Presiden Jokowi relatif mampu menangani dan melakukan pemulihan pasca pandemi

“Hal ini juga terkonfirmasi melalui sejumlah survei politik tentang tingkat kepuasan masyarakat terhadap pemerintah yang mencapai 70% lebih yang berarti kinerja pemerintah dianggap baik,” ungkap Suharko.

Sedangkan variabel kepemimpinan atau ketokohan, lanjutnya, memiliki pengaruh yang kuat dan langsung pada perilaku pemilih
Hal itu, antara lain terlihat dari hasil pemilu Pilpres secara langsung sejak 2004, yang mengkonfirmasi kecenderungan tersebut, yang tampak nyata dari 2 kali masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Presiden Jokowi.

Dia menyebut, gambaran atau citra tokoh yang sederhana, baik hati, peduli atau pro rakyat (populis), suka terjun ke masyarakat (blusukan) sangat melekat pada diri Presiden Jokowi.

“Dengan ketokohannya yang kuat dan capaian kinerja ekonomi, jika UUD membolehkan Presiden Jokowi mencalonkan diri lagi, sangat dimungkinkan akan menang. Dengan demikian, calon persiden dan cawapres mana pun yang ia dukung berpotensi untuk menang,” tutur Suharko.

Kunci Kemenangan
Suharko menyebut Presiden Jokowi menjadi kunci kemenangan dari paslon 2, Prabowo-Gibran pada Pilpres 2024 yang dalam sekali putaran, sebagaimana telah diumumkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, pada 20 Maret 2024.

Para ahli strategi pemenangan paslon nomor urut 2 tampaknya mampu membaca dan memahami bahwa variabel atau kinerja ekonomi yang dicapai pemerintahan Jokowi dan ketokohannya yang kuat di mata publik, menjadi modal yang sangat penting dalam upaya memenangkan paslon nomor 2.

“Boleh diibaratkan bahwa kunci atau kartu kemenangan telah dipegang manakala Presiden Jokowi menunjukkan arah dukungan kepada paslon 2,” kata Suharko.
Dia mengungkapkan, gejala menuju kemenangan mulai tampak manakala Presiden Jokowi menunjukkan arah dukungan kepada paslon 2. Posisi Presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan yang seharusnya netral akhirnya berpihak dan mengarah pada munculnya gejala-gejala unfairness pada proses dan mungkin juga hasil Pemilu 2024.

“Terkait dengan itu, menurut saya keberpihakan Presiden pada paslon nomor 2 dan bentuk nepotisme dalam wujud pencalonan Gibran adalah strategi pemenangan yang didesain secara sistematis,” ujar Suharko.

Dia menambahkan, ada beberapa tindakan politik Presiden Jokowi yang juga mengarah pada desain untuk memenangkan paslon 2, yaitu kebijakan penyaluran/pembagian bantuan sosial dalam bentuk barang pada bulan-bulan mendekati hari pemungutan suara.

Selain itu, upaya penguatan konstruksi citra Presiden Jokowi, pelanggengan hegemoni kekuasaan, dan mobilisasi alat/aparat negara dan konsolidasi kekuasaan.

No Comments

    Leave a Reply