BRIEF.ID – Hasil survei Bank Syariah Indonesia (BSI) Institute menunjukkan kinerja Triwulan I menjadi penentu utama pencapaian target pertumbuhan ekonomi tahun ini, yang berada di kisaran 5%.
Pernyataan itu, disampaikan Chief Economist BSI, Banjaran Surya Indrastomo, dalam buletin BSI Institute Quarterly Volume 1 Tahun 2025, yang dipublikasikan Jumat (28/3/2025).
Banjaran mengatakan, relaksasi suku bunga dan membaiknya beberapa indikator utama ekonomi di triwulan I 22025 menjadi sinyal positif bagi pertumbuhan ekonomi.
Meski demikian, menjelang akhir Triwulan I 2025, terjadi gejolak seiring kekhawatiran terhadap dampak kebijakan tarif barang impor dari Presiden Amerika Serikat (AS), Donnald Trump, yang akan diberlakukan mulai 2 April 2025.
“Kebijakan tarif Presiden Trump yang cenderung agresif dan berubah-berubah, membuat pasar mulai bergejolak dengan berbagai ketidakpastian kebijakan perdagangan internasional,” kata Banjaran, dalam pernyataan resmi dikutip Sabtu (29/3/2025).
Bagi perekonomian domestik, lanjutnya, dampak terbesar adalah tekanan terhadap rupiah. Perkembangan ini memunculkan kekhawatiran bahwa ekonomi global dan nasional akan mengalami banyak turbulensi tahun 2025.
Dia menyampaikan, baik pemerintah maupun ekonom memperkirakan pertumbuhan ekonomi domestik berada di kisaran 5% pada 2025, namun kinerja ekonomi di triwulan II dan triwulan III akan lebih menantang.
Hal itu, disebabkan berakhirnya dampak seasonal, seperti Hari Besar Keagamaan, yang biasanya mendorong permintaan domestik cukup kuat.
“Mengacu pada prediksi ini, maka kinerja Triwulan 1 akan sangat menentukan dalam mencapai target pertumbuhan nasional pada tahun 2025,” ujar Banjaran.
Kondisi ini, lanjutnya, dipicu oleh siklus konsumsi yang cukup tinggi, khususnya sepanjang bulan suci Ramadan dan persiapan menjelang Idul Fitri 1446 Hijriah.
Survei BSI Institute menemukan bahwa terjadi peningkatan pendapatan selama bulan Ramadan, yang diikuti dengan peningkatan konsumsi selama bulan Ramadan yang disebutkan oleh sebanyak 64,57% responden.
“Rata-rata masyarakat Muslim menyiapkan tambahan dana sampai 30% atau sepertiga dari pengeluaraan bulan-bulan lainnya,” ungkap Banjaran.
Peran konsumsi yang tinggi dan meningkat tajam selama bulan Ramadan atau Maret 2025 tentu sangat berarti bagi perekonomian nasional yang masih dalam proses penyesuaian dengan berbagai perubahan, baik global maupun domestik.
Di tingkat global, kebijakan ekonomi AS yang lebih inward looking dan protektif mengharuskan banyak negara mengukur ulang respons atas tarif dagang resiprokal Trump.
Di dalam negeri, aktivitas belanja pemerintah belum optimal di Januari hingga Februari 2025, terutama karena sudah tidak adanya pengeluaran untuk keperluan Pemilihan Umum(Pemilu) dan bantuan sosial (bansos) untuk pangan seiring dampak El Nino.
Ramadan dan Idul Fitri
Dengan tumpuan yang masih tinggi pada konsumsi masyarakat, khususnya selama bulan Ramadan, bisa dikatakan konsumsi Ramadan dan Idul Fitri merupakan pendorong pertumbuhan ekonomi nasional, minimal untuk Triwulan 1 2025.
“Dengan demikian, momentum Ramadan dan Idulfitri 2025 seakan menjadi penyelamat bagi ekonomi nasional. Kami menyebutnya Shariato the Rescue,” tutur Banjaran.
Dia menjelaskan, artikel utama BSI Institute Quarterly edisi kali ini membahas lebih rinci ‘Ramadan Effect’ bagi perekonomian nasional, mulai dari bagaimana perilaku ekonomi masyarakat menjelang Ramadan hingga setelah Idulfitri, hingga apa insight dan relevansinya bagi sektor ekonomi dan keuangan syariah.
Terkait dengan itu, BSI Institute Quarterly edisi kali ini membahas ekonomi Ramadan, dan juga memaparkan skala yang lebih luas tentang ekosistem ekonomi dan keuangan syariah, yang memiliki relevansi dan dampak positif bagi ekonomi nasional.
Menurut Banjaran, pihaknya menyoroti peran sektor keuangan syariah bagi inklusi keuangan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat, hingga keberadaan bank emas atau bullion services sebagai salah satu inovasi yang ada di sektor keuangan syariah yang memiliki potensi multiplier effect bagi perekonomian.
BSI Institute juga berupaya untuk menarik benang merah antara peran ekosistem ekonomi dan keuangan syariah dengan pentingnya inovasi dalam pengembangan praktik ekonomi dan keuangan syariah.
“Kami berharap buletin kali ini dapat menjadi teman baca selama masa libur Ramadan dan Idulfitri, dan tentunya dapat memberikan insight yang berarti bagi setiap pembaca. Selamat membaca dan selamat berlibur,” tutur Banjaran. (jea)