Menyoroti Strategi Trump Mengubah Peta Ekonomi dan Politik Dunia dengan Diplomasi Bisnis

BRIEF.ID – Gaya kepemimpinan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, dalam 4 bulan pemerintahannya bikin dunia panik. Tak hanya masalah ekonomi dan perdagangan, hubungan diplomasi pun ikut terguncang.

Ketika mengumumkan tarif resiprokal pada 2 April 2025, Presiden Trump seolah mengobarkan perang dagang dengan negara-negara pesaing, seperti Tiongkok dan India.

Faktanya, kebijakan tarif impor yang melonjak antara 20%-145% terhadap lebih dari 100 negara, ternyata juga menyasar mitra baru untuk kerja sama ekonomi.

Di saat semua mata fokus pada gaya Trump sebagai CEO ketimbang presiden dalam memimpin negara, ada yang luput dari perhatian, yakni perubahan besar dalam politik global.

Apapun yang diperdebatkan, Trump mampu mengubah peran AS di peta global dengan jurus “Diplomasi Bisnis”, yakni membuat kesepakatan bisnis sebagai fondasi diplomasi.

Berikut 3 strategi “diplomasi bisnis” yang diterapkan Trump di periode ke-2 pemerintahannya:

  1. Bisnis Dulu, Ideologi Kemudian

Kebijakan tarif resiprokal yang diumumkan Trump, membuka pintu negosiasi dengan banyak negara. Hasilnya bukan hanya soal penurunan tarif, tetapi juga investasi dan kerja sama perdagangan baru yang menguntungkan AS.

Beberapa kesepakatan investasi dan kerja sama yang dihasilkan AS dari negosiasi tarif impor, antara lain dengan negara-negara Timur Tengah yang nilainya fantastis:

  • Arab Saudi: Investasi US$600 miliar, termasuk belanja militer US$142 miliar.
  • Qatar: Paket US$243 miliar, plus pesanan Boeing US$96 miliar.
  • UEA: Pesanan pesawat US$14,5 miliar + pusat data AI. Angkanya bikin shock, bro!

Tak hanya soal kesepakatan bisnis, negosiasi perdagangan AS juga mendobrak doktrin politik luar negeri yang kaku selama puluhan tahun.

Diplomasi AS kini Bukan lagi soal pakta militer atau nilai demokrasi, melainkan di ranah bisnis, yang membuat kerja sama yang dulu mustahil jadi kenyataan.

Contohnya, Trump mencabut semua sanksi ke Suriah yang diberlakukan pemerintahan Joe Biden. Hal ini, tak hanya berdampak pada meredanya pemberontakan dan konflik bersenjata, tetapi juga membuka peluang bisnis dan stabilitas kawasan Timur Tengah.

  1. Bos Bisnis, Bukan Diplomat Kuno

Trump membentuk kabinet dengan menyertakan bos bisnis di posisi-posisi strategis, seperti Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, dan Utusan Khusus AS untuk Timur Tengah, Steven Witkoff.

Howard Lutnick dan Steven Witkoff bukan diplomat karatan melainkan bos perusahaan besar, yang paham dan berpengalaman di pasar saham dan perdagangan global.

Adapun Howard Lutnick, dikenal sebagai bos gede di dunia bisnis. Sebelumnya, Howard Lutick adalah CEO dan Chairman dari Cantor Fitzgerald, perusahaan investasi raksasa di New York. Dia juga punya saham di BGC Group dan Newmark Group, dengan kekayaan sekitar US$2,2 miliar.

Sedangkan Steven Witkoff adalah raja properti dari Witkoff Group, perusahaan real estate yang memiliki proyek mewah seperti One High Line dan Times Square Edition hotel. Kekayaannya diperkirain minimal $1 miliar.

Dengan demikian, keunggulan Howard Lutnick dan Steven Witkoff adalah negosiator ulung, yang berani ambil risiko, bukan seperti diplomat yang bernegosiasi berlandaskan tatanan birokrasi dan diplomasi yang protokoler.

Hasilnya, lawan di meja perundingan kewalahan, karena menyadari ekonomi dunia sekarang lebih rentan dengan perang dagang dan kecerdasan buatan, ketimbang perang fisik.

  1. Kerja Sama dengan “Partner Bermasalah” Kalau Bisnisnya Masuk Akal

Trump membuat kesepakatan kontroversial dengan Pakistan, yang bikin diplomat dunia geleng-geleng. Meski Pakistan jadi sarang 15 kelompok teroris yang diakui AS, Trump malah menawarkan kesepakatan perdagangan bebas tarif.

Kenapa ini kontroversial? Karena bisa bikin hubungan AS-India (ekonomi terbesar ketiga dunia) renggang. Tapi lewat kesepakatan itu, Trump memberi sinyal bahwa urusan keamanan bisa nomor dua, selama ada cuan.

Pendekatan serupa juga diterapkan pemerintahan Trump untuk negosiasi perdagangan dengan Tiongkok. Meski Tiongkok menjadi saingan utama AS di peta ekonomi global, Trump berhasil membuat kesepakatan perdagangan bersejarah yang menurunkan tarif.

Hasil negosiasi tim Trump ini menjadi pesan jelas bahwa dalam negosiasi bisnis (buka diplomatik) musuh pun bisa menjadi mitra kalau sama-sama untung.

Keuntungan dari gaya kepemimpinan Trump yang menerapkan “diplomasi bisnis” membawa beberapa keuntungan, seperti:

  • Menciptakan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi.
  • Bisa kerja sama dengan lebih banyak pihak, bebas dari ideologi.
  • Cepat beradaptasi sama perubahan global.
  • Menambah pengaruh di wilayah yang dikuasai saingan.

Selain itu, “diplomasi bisnis” ini juga mengubah cara pandang tentang tujuan dari diplomasi, yang lebih mementingkan hasil nyata ketimbang prinsip, di mana kemakmuran berada di atas ideologi, dan kesepakatan di atas dogma.

Meski demikian, ada risiko dari gaya pemerintahan Risiko Gaya Trump, yaitu:

  • Keamanan dikorbankan demi cuan (fokus ke deal jangka pendek, stabilitas jangka panjang dipertaruhkan.
  • Merenggangkan hubungan dengan sekutu lama (Eropa dan Kanada), yang dapat membuat rezim bermasalah tambah kuat.

Selain itu, ada ujian sesungguhnya dari gara kepemimpinan “diplomasi bisnis” Trump, yang harus diwaspadai karena bisa mengubah tatanan ekonomi dan politik global puluhan tahun ke depan.

Selama belum ada kesepakatan perdagangan yang jelas, ketidakpastian masih tetap tinggi. Tak hanya itu, dunia pun mulai menggeser ketergantungan pada AS, sehingga pertanyaan yang harus dijawab Trump adalah apakah AS akan tetap menjadi pemimpin dunia lewat “diplomasi bisnis”.

Dengan fokus ke keuntungan bersama, “diplomasi bisnis” Trump memang menjanjikan kemakmuran dan pengaruh baru buat Amerika di peta ekonomi dan politik global.

Terbuktu, dunia pun ikut terseret, bahkan ada yang menyambut dengan tangan terbuka. Tapi, apakah ini jenius diplomatik atau cuma deal cepet yang ceroboh? Jawabannya belum tahu, namun kini aturan diplomasi lama sudah usang dan harus ditinggalkan jika tak ingin tertinggal. (Edhi Pranasidhi)

Share post:

Subscribe

spot_imgspot_img

Popular

More like this
Related

Prabowo Bakal Disambut Upacara Kenegaraan di Government House Bangkok

BRIEF.ID - Kedatangan Presiden Prabowo Subianto akan disambut upacara...

Presiden Prabowo Bertemu Raja Vajiralongkorn, Hari Ini

BRIEF.ID - Presiden Prabowo Subianto mengawali kunjungan kenegaraan di...

Rosan Jajaki Kemitraan Strategis Danantara dan Ikhlas Capital Singapura

BRIEF.ID - Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara menjajaki potensi...

Presiden Prabowo Melawat ke Thailand

BRIEF.ID - Presiden Republik Indonesia (RI) Prabowo Subianto melawat...