BRIEF.ID – Indeks di Wall Street, pada Selasa (23/9/2025) ditutup melemah dipicu oleh koreksi pada saham Big Tech, karena keraguan berlanjutnya bullish pada AI.
Selain itu, pidato Chairman The Fed Jerome Powell mengindikasikan pendekatan wait and see sebelum menurunkan suku bunga lebih lanjut.
Powell mengulangi pernyataannya dari konferensi pers pekan lalu, dengan mengatakan The Fed menghadapi situasi yang menantang di tengah risiko jangka pendek terhadap inflasi condong ke atas dan risiko terhadap ketenagakerjaan ke bawah.
Selain itu, Powell juga memperingatkan bahwa inflasi yang tinggi dan ketahanan lapangan kerja dapat menimbulkan pertanyaan mengenai pelonggaran lebih lanjut.
Menurut FedWatch Tool CME, saat ini diperkirakan sekitar 90% kemungkinan penurunan suku bunga acuan The Fed sebesar 25 bps pada pertemuan di bulan Oktober. Terdapat juga sekitar 75% kemungkinan penurunan suku bunga sebesar 25 bps lagi pada pertemuan berikutnya di bulan Desember.
Mengutip laporan Phintraco Sekuritas pada Rabu (24/9/2025), investor juga mencerna indeks sektor manufaktur. Indeks S&P Global Composite PMI AS bulan September turun ke 53,6 dari 54,6 di Agustus, serta lebih rendah dari estimasi 54,6. Untuk indeks PMI manufaktur turun ke 52 dari 53, serta di bawah estimasi 52,2, sedangkan sektor jasa turun ke 53,9 dari 54,5.
Nilai US 10-year Bond Yield turun 3 bps ke level 4,112%. Harga emas spot naik 0,9% di level US$ 3,778/troy oz (23/9), mencapai level tertinggi baru setelah Powell menyatakan kekhawatiran akan kondisi ekonomi AS.
Harga minyak menguat setelah kesepakatan untuk melanjutkan ekspor dari Kurdistan Irak terhenti, meredakan kekhawatiran adanya kelebihan pasokan global. (nov)