Fundamental IHSG Undervalued, Saatnya Menabung Saham

BRIEF.ID – Fundamental Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat ini undervalued, namun menjadi peluang bagi investor untuk menabung saham.

Hal itu, disampaikan pengamat Pasar Modal Edhi Pranasidhi, dalam market review pada Selasa (25/3/2025).

Menurut dia, IHSG saat ini diperdagangkan pada rasio p/e hanya 6,88X (source: IDX) atau terlihat sangat undervalued dibandingkan rata-rata rasio pasar saham global sebesar 21X.
Bursa Amerika Serikat (AS) atau Wall Street sendiri saat ini diperdagangkan pada rasio p/e 29X.

Jika menggunakan Indikator Buffet, kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia (BEI) saat ini hanya Rp10.696 triliun atau hanya 43% dari total Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun 2025 yang sebesar Rp24.500 triliun.

Sebagai perbandingan rasio kapitalisai pasar vs PDB secara global dari 74 pasar saham negara didunia berada pada rata-rata 76,15%. Rasio kapitalisasi pasar Wall Street vs PDB AS merupakan yang tertinggi, yakni 155%.

Edhi menyampaikan, secara teoritis IHSG saat ini masih dalam fase trend market bear karena sudah jatuh lebih dari 20% dari level tertingginya pada 7910 Februari lalu.

Hal itu, lanjutnya, justru menjadi peluang bagi investor khususnya ritel untuk menabung saham secara gradual dalam jangka waktu 6 bulan smpai 1 tahun.

“Investor diimbau untuk tetap menabung saham secara gradual selama 6 bulan sampai 12 bulan dengan memanfaatkan momentum kejatuhan saham-saham unggulan dengan fundamental yang solid,” kata Edhi.

Apalagi beberapa perusahaan plat merah diperkirakan dan terdeteksi sudah mulai melakukan pembelian kembali (buyback) saham, setelah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengizinkan untuk melakukan langkah tersebut tanpa melalui persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Dia mengungkapkan, investor asing masih terus melakukan aksi jual, dan cenderung khawatir untuk kembali masuk ke pasar saham Indonesia. Hal ini justru menjadi peluang bagi investor domestik untuk mengoleksi saham-saham unggulan dengan fundamental bagus.

Adapun kekhawatiwan investor asing terutama pada meningkatnya suhu politik seiring aksi demo mahasiswa seluruh Indonesia yang menolak revisi UU TNI dan sejumlah kebijakan yang tidak pro-investasi.

Hal itu, akan menahan pemodal asing  untuk kembali secara masif membeli saham di Indonesia, bahkan cenderung menarik modal keluar (capital outflow).  Sejak Awal tahun pemodal asing sudah melakukan penjualan bersih senlai Rp33,3 triliun.

Untuk perdagangan hari ini, Edhi menilai IHSG berpeluang menguat, seiring pergerakan bursa Wall Street yang mencetak kenaikan signifikan dipicu oleh harapan bahwa Presiden AS, Dodnald Trump, tidak menaikan tarif impor secara tajam untuk barang tertentu dan hanya fokus kepada 15 negara mitra dagang AS saja.

Berikut rekomendasi saham hari ini:

– BREN: Rp5.200-Rp5.800 (Buy on Weakness/BOW or Strong Buy Below/SBB Rp5.200)

Harga saham BREN sejak awal tahun turun 41% dan menyumbang penurunan IHSG sebanyak 147 poin. Dengan menggunakan pendekatan pertumbuhan margin laba bersih terhadap total penjualan rata-rata 20%, Laba bersih BREN untuk 2025 diperkirakan bisa menyentuh angka Rp2,4 triliun vs Rp1.98 triliun di 2024. Sedangkan laba bersih per saham diperkirakan Rp18 per lembar vs Rp14,83 per lembar di 2024.

Jika menggunakan rasio P/E, BREN tampak kurang menarik, tapi melihat pertumbuhan berkelanjutan, maka BREN terlihat menarik dengan fundamental yang cukup solid.

– BBCA: Rp7.700-Rp8.400 (Akumulasi)

Penurunan harga saham BBCA terlihat sudah sangat terbatas seiring dengan meredanya aksi jual pemodal asing di saham ini. Harga saham BBCA sejak awal tahun sudah turun 17,8% dan menyumbang 112 poin terhadap penurunan IHSG.

Fundamental perusahaan sangat solid dan selalu menjaga debt to equity ratio pada antara 4,7X dan 4,8X vs BBRI pada 5,1X dan BMRI 7,39X.

– ANJT: Rp1.600-Rp1.750 (BOW)

First Resources Ltd. melalui anak persuahaan local PT Ciliandra Perkasa membeli 91,7% saham ANJT senilai Rp5,4 triliun. Jika dihitung secara kasar, 91,7% dari total saham sebanyak 3,4 miliar lembar, maka Ciliandra membeli sekitar 3,112 miliar lembar saham senilai Rp1.735 per lembar.

Berdasarkan peraturan yang berlaku, Ciliandra wajib melakukan tender offer untuk saham yang belum mereka kuasai. Biasanya tender offer akan mengacu pada harga rata-rata selama 90 hari terakhir sebelum penandatanganan akuisisi. Namun bisa juga sesuai dengan kebijakan keuangan Ciliandra itu sendiri.

Today’s Watch:
TLKM: Rp2.260-Rp2.440 (BOW A)
BBRI: Rp3.570-Rp3.760 (BOW A)
ASII: Rp4.640-Rp4.780 (BOW A)
CBDK: Rp4.400-Rp4.900
BUMI: Rp78-Rp99 (BOW)
TOBA: Rp280-Rp360 (BUY). (jea)

Share post:

Subscribe

spot_imgspot_img

Popular

More like this
Related

Idul Fitri 1446 Hijriah dan Halal Bihalal di KBRI Bucharest

BRIEF.ID - Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Bucharest, Rumania...

Idul Fitri 1446 Hijriah, Rosan: Jaga Semangat Kebaikan

BRIEF.ID - Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman...

Khotbah Idul Fitri 1446 H, Puasa Mabrur Membawa Indonesia Maju dan Sejahtera

BRIEF.ID - Guru Besar UIN Jakarta Prof Ahmad Tholabi...

Tradisi Merayakan Lebaran di Berbagai Negara

BRIEF.ID – Hari Raya Idul Fitri dirayakan  umat Muslim...