BRIEF.ID – Bank Indonesia (BI) melaporkan, ketidakpastian kebijakan moneter negara maju semakin mereda seiring terus melambat tekanan inflasi global.
Disebutkan, di Amerika Serikat (AS) inflasi diperkirakan akan semakin mendekati sasaran inflasi jangka menengah sebesar 2% di tengah melambat pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya angka pengangguran.
“Perkembangan ini mendorong prospek penurunan Fed Funds Rate (FFR) yang lebih cepat dan lebih besar dari perkiraan semula. Yield US Treasury tenor 2 tahun menurun lebih besar sehingga menjadi lebih rendah dari yield US Treasury 10 tahun,” kata Kepala Departemen Komunikasi Erwin Haryono melalui keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (19/9/2024).
Ia mengatakan, indeks mata uang AS terhadap mata uang negara utama juga melemah. Di kawasan Eropa, European Central Bank (ECB) telah menurunkan suku bunga kebijakan moneternya sejalan dengan inflasi yang menurun ke arah sasaran jangka menengah sebesar 2%.
Di Asia, People Bank of China (PBoC) juga telah menurunkan suku bunga sejalan dengan inflasi yang rendah dan permintaan domestik yang masih lemah. Berbagai perkembangan ini mendorong semakin meredanya ketidakpastian pasar keuangan global dan meningkatkan aliran masuk modal asing ke negara berkembang, termasuk Indonesia.
“Ke depan, kejelasan arah penurunan suku bunga negara maju khususnya AS diprakirakan akan semakin mendorong aliran masuk modal asing dan memperkuat stabilitas eksternal negara berkembang,” kata Erwin.
Perkembangan ini akan mendukung kebijakan ekonomi negara berkembang untuk tujuan ekonomi domestik dalam menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
No Comments