Tingkat Kemiskinan di Jakarta, BPS: Maret 2024 Turun 0,14%

July 2, 2024

BRIEF.ID – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta, pada Maret 2024 turun 0,14% menjadi 4,3% dibandingkan  periode yang sama tahun lalu. Penurunan tingkat kemiskinan di DKI Jakarta pada Maret 2024 diikuti penurunan ketimpangan pengeluaran atau rasio gini yang berarti gap pengeluaran penduduk kelas atas dan kelas bawah menjadi semakin rendah.

Selain itu,  BPS juga mencatat, garis kemiskinan di DKI Jakarta pada Maret 2024 mencapai Rp 825.288 per kapita per bulan. Angka itu naik 4,14% dibandingkan  garis kemiskinan Maret 2023 yang tercatat Rp 792.515 per kapita per bulan. Garis kemiskinan makanan menyumbang 69,27% terhadap garis kemiskinan Maret 2024 dengan beras sebagai komoditas penyumbang terbesarnya.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengandalkan bantuan pangan dan bantuan sosial (bansos) lainnya untuk menjaga daya beli, khususnya warga miskin, agar tetap mampu mencukupi kebutuhan dasar.

Turunnya angka kemiskinan dan ketimpangan serta naiknya garis kemiskinan ini tertuang dalam laporan Profil Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta Maret 2024 oleh BPS Jakarta yang dirilis Senin (1/7/2024). Pengukuran kemiskinan ini berdasarkan kemampuan warga memenuhi kebutuhan dasar dengan sumber data utama dari Survei Sosial Ekonomi Nasional Konsumsi dan Pengeluaran Maret 2024.

Warga menjemur kasurnya di antara rel yang melalui kawasan hunian semipermanen padat penduduk di Pademangan, Jakarta Utara.

Ketimpangan Pengeluaran Turun

BPS Jakarta melaporkan bahwa jumlah warga miskin di DKI Jakarta mencapai 464.930 jiwa dari 10,67 juta penduduk. Pada periode yang sama, indeks kedalaman dan indeks keparahan kemiskinan turun, yakni masing-masing turun dari 0,695 ke 0,645 dan 1,175 ke 0,132.

Indeks kedalaman kemiskinan merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran warga miskin terhadap garis kemiskinan, sedangkan indeks keparahan kemiskinan memberikan gambaran tentang penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin.

Turunnya tingkat kemiskinan dan kedua indeks di atas juga sejalan dengan penurunan ketimpangan pengeluaran (rasio gini) antara warga kelas atas dan kelas bawah. Distribusi pengeluaran penduduk pada Maret 2024 menunjukkan kelompok pengeluaran 40% terbawah (termiskin, miskin, dan rentan miskin) meningkat 0,32% jadi 16,71%. Jika merujuk kategori Bank Dunia, ketimpangan pengeluaran warga Jakarta itu masih berada di level sedang.

Kepala BPS Jakarta Nurul Hasanudin menyebutkan, angka kemiskinan periode Maret 2024 kembali turun setelah naik akibat dampak pandemi Covid-19. Namun, angka kemiskinan saat ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum pandemi Covid-19 atau Maret 2019 yang tercatat 3,47%.

”Faktor yang berpengaruh pada turunnya kemiskinan, antara lain penurunan pengangguran terbuka, pertumbuhan ekonomi, konsumsi rumah tangga, terkendalinya inflasi, dan bansos,” katanya.

Tingkat pengangguran terbuka di Jakarta turun dari 6,53% menjadi 6,03% pada Februari 2024. Sementara pertumbuhan ekonomi Jakarta pada triwulan I-2024 tercatat 4,78% meskipun angka ini melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2023 yang tercatat 4,93%.

Konsumsi rumah tangga juga tumbuh pada triwulan I-2024, yakni mencapai 5,25%, dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat 5,23%. Di sisi lain, inflasi pada periode Maret 2024 berada di angka 2,18% dan pemerintah menggulirkan bantuan pangan dan bansos, seperti Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT), Program Keluarga Harapan (PKH), Program Indonesia Pintar (PIP), bantuan sosial tunai, Kartu Jakarta Pintar Plus (KJP Plus), Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul (KJMU), Kartu Lansia Jakarta (KLJ), dan program bantuan pangan.

Garis Kemiskinan Naik

Dalam laporan yang sama, BPS Jakarta menyebutkan, garis kemiskinan di DKI Jakarta pada Maret 2024 mencapai Rp 825.288 per kapita per bulan. Angka ini naik 4,14% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Garis kemiskinan merupakan pengeluaran minimum untuk kebutuhan makanan dan bukan makanan yang harus dipenuhi agar tidak masuk kategori penduduk miskin. Penduduk miskin adalah warga yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.

Secara keseluruhan, komoditas makanan menyumbang 69,27 persen dan bukan makanan 30,73% terhadap garis kemiskinan pada Maret 2024. Apabila dirinci, beras menyumbang 16,14% pada garis kemiskinan makanan, sementara rokok keretek filter (9,90%), daging ayam ras (5,76%),  telur ayam ras (4,32%), dan mi instan (2,72%).

Sementara itu, perumahan menyumbang 11,47 persen, listrik (4,59%), bensin (3,62%), pendidikan (2,04%), dan perlengkapan mandi (1,24%), serta angkutan (1,01%) mewakili bukan makanan.

Dengan besaran garis kemiskinan dan jumlah anggota rumah tangga miskin sebanyak 4-5 orang (rata-rata 4,92), maka garis kemiskinan per rumah tangga di Jakarta mencapai Rp 4.060.417 per bulan. Angka ini naik 4,77% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. (Kompas.id)

No Comments

    Leave a Reply