BRIEF.ID – PT Semen Indonesia (Persero) Tbk menunjukan komitmen mendukung ekonomi hijau dengan memproduksi bahan bangunan ramah lingkungan.
Direktur Operasi Semen Indonesia, Reni Wulandari, mengatakan hal itu sejalan dengan program pemerintah untuk mengejar target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2050.
“Peningkatan kapabilitas produk ramah lingkungan ini tertuang dalam Peta Jalan Keberlanjutan (Sustainability Roadmap) 2030 SIG,” ujar Reni, dalam talk show Green Economy Expo 2024, dikutip Rabu (10/7/2024).
Menurut dia, langkah Semen Indonesia untuk mendukung ekonomi hijau dan NZE antara lain dengan penggunaan bahan bakar alternatif dari limbah industri, biomassa, dan sampah perkotaan yang diolah menjadi refuse-derived fuel (RDF).
Semen Indonesia memanfaatkan energi atau mineral pada limbah menjadi alternatif pengganti atas sumber daya alam yang dipakai dalam produksi semen dengan tetap memenuhi standar untuk menjaga kualitas produk dan kepatuhan lingkungan.
“Untuk mendorong percepatan capaian penurunan emisi karbon, SIG juga mengembangkan energi terbarukan melalui penggunaan panel surya pada unit-unit operasionalnya, serta optimasi gas panas buang dari proses produksi semen (Waste Heat Recovery Power Generation),” ungkap Reni.
Pada tahun 2023, penggunaan bahan bakar dan bahan baku alternatif di seluruh pabrik Semen Indonesia dinyatakan mengalami peningkatan mencapai 1,65 juta ton, emisi gas rumah kaca (GRK) cakupan 1 (dari operasional) berkurang sebesar 4,9 juta ton GRK dibandingkan baseline tahun 2010, dan cakupan 2 (emisi tidak langsung dari energi listrik) diturunkan sebanyak 0,15 juta ton GRK.
Selain itu, proses produksi di pabrik-pabrik Semen Indonesia juga ditunjang dengan implementasi plant digitalization melalui pemanfaatan machine learning, big data, dan artificial intelligence untuk optimasi kegiatan produksi, mencapai efisiensi penggunaan energi, dan meningkatkan produktivitas.
Semen Indonesia juga turut melakukan riset dan pengembangan untuk menghasilkan produk dengan emisi lebih rendah, tetapi memiliki kualitas setara di kelas peruntukannya yang disebut green cement.
Dengan melakukan pola operasi yang berkelanjutan, lanjutnya, Semen Indonesia memperoleh sertifikat Green Label dari Green Product Council Indonesia, sertifikat Ekolabel Swadeklarasi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), dan Sertifikat Industri Hijau dari Kementerian Perindustrian.
Semen Indonesia juga memperoleh 2 PROPER Emas dan 7 PROPER Hijau dari KLHK. Selain itu meraih peringkat ESG Rating terbaik pertama kategori construction materials di Asia Tenggara, melalui capaian predikat Medium Risk dengan skor 22,9 dalam penilaian kinerja lingkungan, sosial dan tata kelola atau Environmental, Social, Governance (ESG) Rating yang dilakukan lembaga pemeringkat internasional, Sustainalytics.
“Beberapa produk Semen Indonesia tercatat 21% sampai dengan 38% lebih rendah karbon dibandingkan semen konvensional,” ungkap Rini.
Beberapa produk bahan bangunan yang rendah karbon itu, antara lain:
- semen curah untuk berbagai kebutuhan pembangunan infrastruktur dan stabilisasi tanah
- semen masonry untuk aplikasi non-struktural
- beton berpori untuk membantu penyerapan air ke dalam tanah
- beton cepat kering untuk perbaikan jalan dalam waktu singkat dan menghindari kemacetan karena penutupan jalan
- beton dekoratif yang estestis.