Lagi, lagi, dan lagi… Pasar Global Harus Manut Kepada Biden dan Kongres

May 27, 2023

BRIEF.ID – Apabila  sampai 1 Juni 2023, Kongres Amerika Serikat (AS) belum juga menyetujui penambahan batas utang pemerintah AS, tentu  Menteri Keuangan AS Yanet Yellen beserta tim ekonom hebatnya akan mengupayakan  segala cara agar dapat  bertahan dengan dana seadanya, sampai tanggal 15 Juni 2023.

Sebagai catatan, Pemerintah AS harus mengeluarkan dana  sedikitnya US$ 101 miliar pada tanggal 1 Juni 2023, di mana  sekitar  40%  akan dialokasikan untuk pembayaran asuransi kesehatan (medicare) dan sisanya untuk tunjangan lansia, membayar gaji militer  dan pensiunan, serta gaji aparatur sipil negara (ASN) dan pensiunan.

Pada tanggal 2 Juni, pemerintah AS juga harus membayar dana sebesar US$ 25 miliar untuk tunjangan jaminan sosial (social security benefits) dan US$ 2 miliar untuk medicaid atau layanan kesehatan warga negara  AS yang berada di bawah garis kemiskinan.

Jadi di dua hari pertama bulan Juni, pemerintah AS akan membelanjakan dana sekitar US$  140 miliar vs penerimaan pajak sekitaran US$ 43 miliar.

Harus Mampu Bertahan

Seandainya Menkeu Janet Yellen mampu bertahan  mengelola dana cash hingga  15 Juni 2023, tentu  pemerintah AS akan sedikit bernafas agak lega, karena pada saat itu  pemerintah AS akan menerima pemasukan pajak korporasi dan perorangan senilai sekitar US$ 80 miliar.

Bertitik tolak dari  kondisi yang digambarkan, tentu kita agak sulit untuk menentukan  kapan (X-Date) pemerintah AS akan benar-benar mengalami “kehabisan” uang sampai harus shutdown alias tutup warung.

Konsekuensi tentunya ada. Jika tarik ulur antara Presiden AS Joe Biden dan Kongres AS masih terus terjadi,  ya pasar global juga akan menghadapi  tarik ulur juga  dengan volume seadanya.

Sebab,  semua menunggu apakah Biden sukses meyakinkan Kongres agar menyetujui  kenaikan limit utang (debt ceiling) sebanyak US$ 1,5 miliar.

Tapi percayalah, apabila persetujuan penambahan limit utang tercapai,  pasar pun akan naik secepat kilat. Dan, Anda akan kehilangan momentum beli diharga murah.

Penulis: Edhi Pranasidhi/Pengamat Pasar Modal & Founder Indonesia Superstock Community 

No Comments

    Leave a Reply