Kesepakatan Debt Ceiling, Saatnya Sumringah?

May 29, 2023

BRIEF.ID – Pada hari Jumat,  26 Mei 2023, pasar saham Wall Street dan global menguat tajam menyusul  kabar gembira dari hasil pertemuan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden bersama lawan politiknya dari Partai Republik, yang juga Ketua DPR AS (US House), Kevin McCarthy  sepakat  menaikkan plafon utang AS untuk mencegah terjadinya default  alias  gagal bayar.

Kedua pihak,  baik Presiden Biden bersama jajaran politisi Partai Demokrat dan McCarthy beserta  Partai Republik sama sekali tidak melakukan  selebrasi  atas keberhasilan  pencapaian “kesepakatan sementara” terkait kenaikan ambang batas utang (debt ceiling).

Sikap diam  ini menggambarkan  bahwa kubu Partai Demokrat maupun kubu Partai Republik sama-sama tidak mendapatkan apa yang diinginkan secara penuh.

Presiden Biden menyebut  kesepakatan yang dicapai sebagai  kompromi. Di sisi lain, sementara Ketua DPR AS (US House) Kevin McCarthy mengatakan kebijakan  ini ditempuh  demi rakyat Amerika.

Menurut sejumlah sumber, kesepakatan itu sekarang sedang  diformulasikan redaksionalnya untuk selanjutnya  akan diajukan  ke Senat untuk dimintakan persetujuan.

Isi kesepakatan, antara lain  batas utang  akan dinaikkan senilai US$ 4 triliun selama periode  2024-2025,  dengan syarat  belanja militer hanya akan naik sebesar US$ 1,0%  dan belanja negara  lebih difokuskan  pada penciptaan tenaga kerja bagi penduduk miskin AS.

Sebelumnya,  Presiden Biden menginginkan McCarthy beserta  Partai Republik menyetujui kenaikan ambang batas utang senilai US$ 1,5 triliun untuk tahun  fiskal 2022-2023. Kesepakatan  prinsipil itu  tercapai pada pembicaraan melalui telepon yang berlangsung selama 90 menit, pada Jumat (26/5/2023) malam.

Di Atas Ambang Batas

Sampai saat ini,  total utang pemerintah AS mencapai US$ 31,4 triliun atau berada di atas ambang batas US$  31 triliun seperti yang ditetapkan pada tahun 2019.

Pertanyaan kunci  adalah, apakah dunia sudah boleh sepenuhnya bergembira  dengan berlanjutnya kenaikan harga-harga saham di Wall Street dan pasar global? Jawabannya, tentu saja, belum tentu.

Baik anggota Partai Republik maupun Partai Demokrat sama-sama mempunyai waktu 72 jam sejak Senin 29 Mei 2023 untuk mempelajari kesepakatan itu. Dan, pertarungan seungguhnya akan terjadi di Senat.

Sebagai catatan,  Kongres AS mempunyai terdiri atas  dua badan,  yaitu DPR dan Senat. Di DPR terdapat  435 kursi dan Senat ada  102 kursi. Masa bakti anggota DPR AS adalah selama  dua tahun dan Senat  masa baktinya enam tahun.

Hal ini berarti, walau posisi kedua badan di bawah Kongres AS itu sangat penting, kedudukan anggota Senat tampaknya lebih deliberative alias lebih bepengaruh dan konsultatif.

DPR AS pada beberapa minggu lalu sudah memberikan persetujuan atas kenaikan debt ceiling usulan Presiden Biden.

Pertarungan seungguhnya justru akan terjadi di Senat. Baik Demokrat maupun Republik sama-sama menguasai 50 kursi. Sementara itu dua kursi lainnya dimiliki  anggota independen yang keduanya berkaukus dengan   Demokrat.

Pada situasi seperti  ini, Presiden Biden dan Partai Demokrat memerlukan 60 suara untuk memuluskan kesepakatan yang telah dicapai bersama McCarthy.

Tambahan 9 sampai 10 suara dari Partai Republik diperkirakan akan sangat sulit diraih mengingat banyak  anggota Partai Republik yang  keberatan terhadap proposal kenaikan debt ceiling. Di sisi lain,  beberapa anggota Partai Demokrat  yang progresif pun tampaknya enggan untuk mendukung Presiden Biden.

Jika situasinya seperti ini,  pasar dunia masih akan galau menunggu hasil rapat Senat AS,  yang rencananya akan digelar sebelum 1 Juni 2023.

Jika tidak tercapai kesepakatan alias Demokrat kalah, maka bersiap-siaplah…

Penulis: Edhi Pranasidhi/Pengamat Pasar Modal & Founder Indonesia Superstock Community 

No Comments

    Leave a Reply