Gempa Turki-Suriah Renggut 4.000 Nyawa Lebih, Terbesar Dalam Satu Abad Terakhir

February 7, 2023

BRIEF.ID — Lebih dari 4.300 orang meninggal dunia akibat gempa bumi di Turki dan Suriah pada Senin (06/02) sekitar pukul 04.00 waktu setempat. Bencana tersebut menjadi salah satu gempa bumi terkuat yang melanda wilayah itu dalam satu abad terakhir, dengan getaran yang terasa hingga ke Libanon dan Israel.

Dikutip dari CNN, Kepala Dinas Bencana Turki, Yunus Sezer mengatakan sudah tercatat setidaknya 2.921 orang meninggal dunia. “Dan lebih dari 15.800 lainnya terluka,” ungkap Yunus.

Sementara itu, kantor berita Suriah, SANA, melansir di negara yang bertetangga dengan Turki tersebut setidaknya 1.451 orang tewas. Di antaranya, 711 orang meninggal dunia di wilayah yang dikuasai pemerintah, sebagian besar di Aleppo, Hama, Latakia, dan Tartus.

Kelompok Pertahanan Sipil Suriah, melaporkan 740 kematian di daerah yang dikuasai oposisi. Sebagian besar di wilayah barat laut Suriah, yang berbatasan dengan Turki. Di mana daerah tersebut dikendalikan oleh pasukan anti-pemerintah di tengah perang saudara berdarah sejak 2011.

Gempa yang melanda kedua negara tersebut diperkirakan berkekuatan 7,8 SR di pusat gempa yang berada 23 kilometer (14,2 mil) timur Nurdagi, di provinsi Gaziantep Turki. Mengutip United States Geological Survey (USGS), pusat gempa berada pada kedalaman 24,1 kilometer (14,9 mil).

“Serangkaian gempa susulan bergema sepanjang hari. Yang terbesar, gempa besar berkekuatan 7,5 SR, melanda Turki sekitar sembilan jam setelah gempa awal. Gempa susulan itu melanda sekitar 95 kilometer (59 mil) ke utara dari titik aslinya,” menurut keterangan USGS yang dikutip CNN.

USGS pun menyebut Gempa pada Senin waktu setempat itu diyakini sebagai yang terkuat yang melanda Turki sejak 1939, ketika gempa dengan kekuatan yang sama menewaskan 30.000 orang. Tujuh gempa dengan magnitudo 7,0 atau lebih besar telah melanda Turki dalam 25 tahun terakhir. Tetapi gempa hari Senin itu adalah yang paling kuat.

Sementara itu, dikutip dari kantor berita Associated Press (AP) yang juga mengacu sumber USGS, menyatakan bahwa banyak gempa susulan mengguncang kedua negara sejak gempa awal terjadi. Alex Hatem, seorang ahli geologi peneliti USGS menyatakan dalam 11 jam pertama setelah gempa awal wilayah tersebut telah merasakan 13 gempa susulan yang signifikan dengan kekuatan minimal 5 SR.

Di sisi lain, ada hal yang dirisaukan para peneliti terkait gempa besar tersebut. “Gempa susulan yang lebih banyak diperkirakan terjadi, mengingat besarnya guncangan utama. Kami memperkirakan gempa susulan akan berlanjut dalam beberapa hari, minggu, dan bulan mendatang,” ujar Alex.

Jenis Gempa

Para peneliti pun mengatakan gempa itu adalah gempa strike-slip, di mana dua lempeng tektonik meluncur satu sama lain secara horizontal. Eric Sandvol, seismolog di University of Missouri Amerika Serikat mengatakan kepada AP bahwa bumi terbagi menjadi bagian-bagian yang berbeda seperti puzzle.

Potongan-potongan itu bertemu di garis patahan, di mana lempeng-lempeng itu biasanya bergesekan satu sama lain secara perlahan. Tapi begitu ketegangan cukup menumpuk, lempeng-lempeng itu dapat saling berpapasan dengan cepat, melepaskan energi dalam jumlah besar.

Dalam hal ini, satu lempeng bergerak ke barat sementara yang lain bergerak ke timur.  Sehingga menyentak satu sama lain untuk menciptakan gempa. “Seiring waktu, gempa susulan akan mulai mereda dan menjadi lebih jarang,” kata Eric.

Adapun gempa tersebut terjadi di daerah seismik aktif yang dikenal sebagai zona sesar Anatolia Timur, yang telah menghasilkan gempa bumi serupa yang merusak di masa lalu. “Hampir seluruh Turki benar-benar aktif secara seismik. Ini bukan sesuatu yang baru bagi negara ini,” lanjut Eric.

Menurut catatan peneliti, Turki dilanda gempa besar lainnya pada Januari 2020 yang berkekuatan 6,7 SR sehingga menyebabkan kerusakan signifikan di bagian timur negara itu. Pada 1999, gempa berkekuatan 7,4 SR melanda dekat Istanbul dan menewaskan sekitar 18.000 orang.

Gempa tersebut diakui para peneliti sangat dahsyat. Oleh karena ketika gempa tersebut melanda di dekat daerah berpenduduk padat menimbulkan korban dan kerugian materi yang besar. Sebab pusat gempa berada di dekat Gaziantep, kota besar dan ibu kota provinsi di Turki.

Kishor Jaiswal, seorang insinyur struktur dari USGS mengatakan daerah yang terkena dampak juga merupakan kawasan di mana banyak berdiri bangunan rentan. Sementara gedung-gedung baru di kota-kota seperti Istanbul dirancang dengan mempertimbangkan standar gempa modern.

“Di daerah Turki bagian selatan yang dilanda gempa memiliki banyak bangunan tinggi yang lebih tua Konstruksi cepat di Suriah ditambah perang bertahun-tahun mungkin juga membuat struktur rentan. Itu termasuk runtuhnya “panekuk”, di mana lantai atas sebuah bangunan jatuh langsung ke lantai bawah – tanda bahwa bangunan tidak dapat menyerap goncangan,” kata Kishor.

No Comments

    Leave a Reply