Konsolidasi Nasional Bawaslu, Presiden Jokowi: Petakan Potensi Masalah dan Pelanggaran

December 17, 2022

BRIEF.ID – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan empat  arahan kepada jajaran Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu), di mana salah satu di antaranya adalah Bawaslu jangan sekali-kali memberikan ruang bagi praktik politik identitas, politisasi agama, dan politik SARA menjelang Pemilu 2024.

Hal itu disampaikan Kepala Negara saat berpidato  pada  Konsolidasi Nasional Badan Pengawas Pemilihan Umum  Republik Indonesia,  yang digelar di Hotel Bidakara, Jakarta,  Sabtu (17/12/2022).

Adapun arahan pertama, Presiden Jokowi secara khusus meminta jajaran Bawaslu memetakan segera potensi masalah dan berbagai kemungkinan terjadinya pelanggaran.

“Harus dipetakan. Pusat memetakan, provinsi memetakan, Bawaslu di kabupaten/kota memetakan, Bawaslu di kecamatan memetakan, semuanya akan lebih memudahkan. Perhatikan satu per satu setiap kemungkinan, jangan sampai ada yang terlewat. Lakukan perencanaan yang matang, siapkan langkah pencegahan, siapkan langkah-langkah mitigasi, siapkan langkah-langkah antisipasi. Jangan sampai ada kejadian kita baru pontang-panting,” ujar dia.

Kedua, Presiden Jokowi meminta  jajaran Bawaslu fokus pada upaya-upaya pencegahan. Ditegaskan  bahwa Bawaslu jangan hanya bekerja saat terjadi pelanggaran dan  pasif menunggu pengaduan.  Sebaliknya,  Bawaslu harus sejak dini mencegah terjadinya gesekan yang bisa menimbulkan benturan-benturan sosial.

“Gesekan sekecil apapun segera selesaikan saat itu juga, jangan tunggu membesar,” kata Presiden Jokowi.

Presiden Joko Widodo berswafoto bersama anggota Bawaslu dari berbagai daerah di Tanah Air pada Konsolidasi Nasional Bawaslu.

Dikatakan,  Bawaslu jangan hanya berhenti pada level pengawasan teknis pelaksanaan tahapan Pemilu.  Tapi Bawaslu  harus mempunyai indeks kerawanan Pemilu.  Kepala Negara  juga merespons positif  rencana Ketua Bawaslu Rahmat Bagja yang akan meningkatkan pengawasan Pemilu di media sosial (medsos),  karena  medsos kerap menjadi ajang menyebarkan isu atau memanas-manasi masyarakat.

“Saya setuju sekali.  Pak Ketua Bawaslu menyampaikan itu. Di dalam dunia nyata enggak ada apa-apa, ini dari mana kok ribut isu ini, medsos pasti enggak ada yang lain,” lanjutnya.

Kepala Negara juga menekankan bahwa salah satu faktor kerawanan pada pemilu dan pilkada itu adalah soal politik identitas, politik SARA, dan hoaks. Untuk itu, Presiden mengingatkan agar Bawaslu berhati-hati mengenai hal tersebut dan harus segera memperingatkan pihak yang melakukan pelanggaran tersebut.

“Kita tidak bisa bersantai-santai dengan politik identitas, politisasi agama, politik SARA, jangan berikan ruang apapun kepada ini, ini sangat berbahaya sekali. Ini bisa menjadi peluang pihak lain untuk memecah belah keutuhan negara kita, keutuhan kita sebagai sebuah bangsa,” tegasnya.

Ketiga, Kepala Negara  memerintahkan  Bawaslu bekerja cepat, responsif, dan selalu berada dalam koridor hukum. Bawaslu juga diminta agar merespons dan menyelesaikan pengaduan dengan cepat, menindak dan menyelesaikan berbagai pelanggaran dengan tegas, memegang teguh integritas, dan melakukannya secara adil dan tidak memihak.

“Bawaslu harus tegas dalam menegakkan aturan, tidak boleh ragu, tapi juga jangan sampai Bawaslu malah menjadi badan pembuat was-was pemilu yang membuat was-was masyarakat untuk memilih peserta Pemilu untuk bersosialisasi. Artinya apa? ingar bingar pemilu tetap harus terasa sebagai bagian dalam kita berdemokrasi. Ini penting sekali, harus ingar bingar pemilunya. Jangan sampai kita mengadakan pemilu senyap, kelihatan enggak ada apa-apa, ya enggak benar juga. Menurut saya, kuncinya aturan main harus jelas dan disosialisasikan,” paparnya.

Keempat, Presiden Jokowi mendorong agar Bawaslu melibatkan partisipasi masyarakat seluas-luasnya. Presiden juga meminta agar Bawaslu menggencarkan pendidikan politik, literasi, dan partisipasi masyarakat untuk menjaga Pemilu yang berintegritas dan berkualitas.

“Partisipasi masyarakat ini akan mempermudah tugas Bawaslu. Partisipasi masyarakat ini salah satunya penting dalam mengatasi praktik politik uang, ini hati-hati banyak kejadian mengenai ini. Politik uang itu sudah menjadi penyakit di setiap pemilu, pasti ada.  Libatkan masyarakat untuk memperkecil peluang terjadinya politik uang karena jika ini dibiarkan berlama-lama ini akan merusak demokrasi kita, demokrasi Indonesia,” kata Presiden Jokowi.

Pada konsolidasi nasional bertema “Memantapkan Kinerja dan Soliditas Jajaran Pengawas Pemilu” Presiden Jokowi  hadir didampingi Menkumham Yasonna Laoly, Ketua Bawaslu Republik Indonesia (RI) Rahmat Bagja, Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI Hasyim Asy’ari, dan Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono.

No Comments

    Leave a Reply