Hadapi 2023,Investor Diminta Tak Terlalu Agresif & Perhatikan Kondisi Makro Ekonomi Global

December 30, 2022

BRIEF.ID– Menghadapi ekonomi 2023 yang diproyeksikan lebih menantang, investor pasar modal diharapkan untuk tak terlalu agresif dalam berinvestasi dan perlu meningkatkan perhatian terhadap kondisi makro ekonomi global.

Chief Economist Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat mengatakan jika suku bunga bank sentral Amerika Serikat atau The Fed kembali naik tahun depan, kemungkinan industri perbankan akan berhati-hati menyalurkan kredit.

Tanpa penyaluran kredit yang ideal, ekonomi diperkirakan sulit bergerak lebih gesit. Sehingga kemungkinan ekonomi melambat akan jauh lebih besar. Hal itu diperparah konflik geopolitik Ukraina dan Rusia. Oleh karena itu, tahun depan menurutnya harus terbiasa dengan kondisi ekonomi yang berhadapan dengan inflasi.

“Yang menarik, prospek ekonomi kemungkinan stagflasi. Tetapi prospek investasi belum tentu. Karena pasar modal selalu lebih dulu bergerak dari sektor riil. Investment strategy 2023 adalah living with inflation. Saran saya sebetulnya kalau kita bicara investasi jangan persempit hanya di saham, silakan pertimbangkan properti,” ujarnya dalam acara Investment Talk yang diselenggarakan oleh D’ORIGIN Financial & Business Advisory dan IGICO Advisory, Rabu sore (29/12/2022).

Sebab, lanjutnya, ketika akan menghadapi volatilitas tahun depan ada baiknya investor melangkapi aset kelasnya. Dia pun menyebut yang paling menarik sepanjang tahun ini adalah dana asing yang keluar luar biasa besar pada instrumen investasi Surat Berharga Negara (SBN).

Adapun akhir tahun, dana asing pada SBN mulai marak masuk kembali. “Ada baiknya kalau berpikir investasi, penting sekali, dan menurut saya asing akan masuk ke SBN dan saham kita (pada 2023),” katanya.

Budi pun menyebut, kendati dihadapkan pada ketidakpastian ekonomi, pihaknya masih optimistis melihat kondisi perekonomian tahun depan. Sebab, pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) rencananya dicabut pemerintah secara menyeluruh dan bisa lebih memutar roda perekonomian. Dia pun mengutip data Bloomberg di mana pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan diproyeksi sekitar 4,9% dengan tingkat inflasi 4,3%.

Dia memproyeksikan Index Harga Saham Gabungan (IHSG) pada tahun depan melalui tiga skenario. Untuk base case ada pada level 7.550, untuk posisi bull menembus level 8.400 dan posisi bear pada level 6.750.

Dalam acara yang sama, Founder of Kurikulumsaham Alex Sukandar mengatakan dari sisi performa sepanjang 2022 foreign buy di pasar modal Indonesia mencapai sebesar Rp62,9 triliun. Adapun sektor dengan perputaran modal asing terbesar adalah IDX Finance dan IDX Energy  dengan foreign flow  masing-masing Rp49,9 triliun dan  Rp11,8 triliun.

Adapun sektor-sektor yang sepanjang tahun ini bertumbuh di bursa saham adalah IDX Energy yang tumbuh 98,20%, IDX Industry 12,10%, IDX Health 6,73%, dan IDX Non Cyclic sebesar 6,26%. Dia pun merekomendasikan beberapa saham pilihan yang diproyeksikan berkilau tahun depan. Yaitu HRUM, PTBA, dan INDY di sektor energi. Juga BMRI, BBRI, BBCA di sektor keuangan.

Senada dengan Budi, dia pun menyarankan investor berinvestasi pada mata uang asing. “Kecenderungannya memang akan masih naik USD terhadap rupiah. Kalau untuk jangka panjang saya lebih memilih euro atau USD. Karena ini down trend-nya lumayan panjang banget,” tuturnya.

Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Capital Market Practitioner Nandang Kuswara mengatakan sepanjang tahun ini kinerja IHSG cenderung baik dengan pertumbuhan secara year to date  (ytd) sebesar 4,23%. Dia membandingkan kinerja IHSG dengan bursa saham di negara lain yang terkoreksi. Seperti DJIF terkoreksi 8,81% secara ytd, FTSE 0,48%, HSI 15,93%, GSPC 20,31%, N225 10,47%, SSEC 16,24%, IXIC 33,83% dan GDAXI terkoreksi 13,15%.

Dia mengakui, sentimen ekonomi global cukup mempengaruhi kondisi pasar modal Tanah Air. Di sisi lain, dia pun merekomendasikan beberapa sektor di pasar modal yang menjanjikan tahun depan, yaitu sektor energi, indeks health, non-cyclic.

“Saya juga kemungkinan melihat di 2023 ini lebih ke non-cyclic, itu lebih ke consumer goods. Properti juga akan jadi salah satu yang menarik juga, apa lagi kalau untuk trading atau investasi jangka pendek mungkin bisa diperdagangkan cukup lumayan ya risk and reward-nya. Sedangkan untuk finance sendiri udah mulai turun performnya dibanding compositenya itu sendiri,” tutup Kuswara.

No Comments

    Leave a Reply