Optimisme 2022, John Riady: Tahun Macan Air, Tahun Pemulihan

January 9, 2022

JAKARTA – Kendati masih digelayuti kekhawatiran kemunculan varian baru Covid-19, perekonomian nasional diprediksi mulai menunjukkan optimisme pemulihan seiring laju pertumbuhan ekonomi yang positif pada rentang 3,5%-4% sepanjang 2021 dan banyaknya peluang yang bisa digali pada “Tahun Macan Air.”

Pandangan optimistis terhadap perekonomian nasional pada tahun 2022 tersebut diungkapkan oleh Direktur Eksekutif Lippo Group John Riady. Menurutnya, meskipun terdapat beberapa tantangan dari sisi makro terkait inflasi hingga pertumbuhan kredit yang minim, masih terdapat banyak peluang yang bisa digali demi meraih pertumbuhan maksimal pada tahun ini. 

John menilai dengan kesuksesan program vaksinasi yang akan dilanjutkan pada 2022, persoalan pandemi Covid-19 akan jauh lebih terkendali. “Karena prosentase masyarakat yang telah divaksin lengkap akan semakin tinggi, pemerintah pun sigap mempersiapkan langkah mitigasi dan strategi yang sejauh ini terbukti berhasil,” katanya.

Dia menilai kemunculan varian Omicron tidak akan separah varian Delta. Hal ini berkat pelaksanaan program vaksinasi nasional yang telah berjalan maupun perintah Presiden Joko Widodo untuk dilaksanakan program vaksin booster. 

Meski demikian, lanjut John, pagebluk berskala global masih membayangi langkah dan strategi perekonomian akibat ganguan terhadap rantai pasok yang telah memicu terjadinya inflasi di beberapa negara maju selain dipicu kebijakan pemangkasan bunga dan pencetakan uang sebelumnya.  

“Tentunya, hal ini juga akan berpengaruh terhadap perekonomian nasional. Terutama berimbas terhadap  arus masuk dan keluar modal dari luar yang juga akan mempengaruhi nilai tukar maupun pasar keuangan,” tuturnya.

Meskipun demikian, Indonesia dinilai masih memiliki potensi untuk memetik pertumbuhan yang positif pada tahun 2022, di mana Kementerian Keuangan memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional akan berada pada rentang 4,7%-5,5%. Adapun lembaga global seperti Bloomberg mematok pertumbuhan ekonomi RI di kisaran 5,2%.

John menilai pandemi Covid-19 yang menghambat interaksi sosial dan mobilitas pada sisi lain telah memunculkan sektor digital yang kuat. “Dari data yang ada, valuasi ekonomi digital kita sangat tinggi, begitupun proyeksi hingga beberapa tahun ke depan. Pandemi telah mempercepat akselerasi digital ini, karena itu saya yakin ini akan jadi motor pertumbuhan baru,” ungkap John.

Berdasarkan data Kementerian Keuangan, valuasi ekonomi digital pada 2021 mencapai Rp1.005 triliun atau US$70 miliar. Sedangkan berdasar riset Google terbaru, perekonomian digital Indonesia pada 2025 diproyeksi menyentuh US$146 miliar.

Terlebih, kata John, salah satu kekuatan utama ekonomi nasional masih disumbangkan oleh konsumsi domestik. Dengan kata lain, ungkapnya, secara struktur perekonomian nasional saat ini sangat ampuh untuk melaju meskipun masih terdapat pandemi yang mengintai. 

“Tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa Indonesia menjadi negara kawasan yang mempunyai ekosistem digital terbesar, hal inipun semakin ditopang pemulihan daya beli masyarakat. Walaupun kredit perbankan melambat dan orang banyak menabung, namun transaksi digital semakin membesar,” ungkap John.

Keyakinan ini pula yang mendorong Lippo Group memperkuat kuda-kuda dalam percaturan ekonomi digital. Tidak heran jika lengan investasi Lippo pada ranah digital yakni PT Multipolar Tbk (MLPL) sangat agresif.

MLPL menjadi anak usaha dengan pertumbuhan yang cukup tinggi. Hingga kuartal II/2021, Multipolar telah mencatatkan laba bersih serta peningkatan pendapatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Laba bersih perseroan mencapai Rp371 miliar pada periode tersebut.

Kinerja itupun mengungkit kapitalisasi pasar MLPL. Selama setahun, tingkat kenaikan harga saham MLPL mencapai 421,13%. Harga saham MLPL pada awal Januari Rp57 per saham dengan kapitalisasi pasar Rp827 miliar. Sementara awal Desember 2021 sempat melambung hingga Rp5,8 triliun.  

“Saya tetap meyakini bahwa 2022 adalah momen pemulihan menuju kondisi normal. Normal di sini adalah normal yang baru, di mana ekonomi digital memainkan peran penting,” tutup John. (*)

No Comments

    Leave a Reply