Muhammadiyah: Bank Syariah Hasil Merger Titik Awal Pembenahan Ekonomi Syariah di Indonesia

December 16, 2020

Jakarta, 16 Desember 2020 – Bank hasil penggabungan tiga bank syariah BUMN yang akan beroperasi efektif pada 1 Februari 2021 diharap bisa menjadi acuan atau role model pengembangan industri perbankan dan keuangan syariah di Indonesia. Untuk mewujudkan harapan itu, seluruh manajemen bank hasil penggabungan diharap bisa langsung bekerja ekstra setelah resmi menjabat nanti.
Harapan ini disampaikan Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Sunanto. Dia menilai merger tiga bank menjadi satu entitas bernama PT Bank Syariah Indonesia Tbk., merupakan contoh pengembangan bisnis perbankan syariah baru, karena selama ini belum pernah ada lembaga keuangan syariah berskala besar yang dimiliki Indonesia.
Untuk menyelesaikan persoalan ekonomi syariah secara holistik hingga kini memang menemukan titik temu. Tapi merger bank syariah bisa jadi titik awal perbaikan dan pembenahan kondisi ekonomi syariah. Saya harap manajemen yang sudah ditunjuk bekerja ekstra karena investasi untuk membentuk bank merger ini juga tinggi. Saya ucapkan selamat dan semoga amanah, ujar Sunanto, Rabu (16/12).
Saat ini, proses merger tiga bank syariah milik Himbara telah mendapat persetujuan dari para pemegang saham bank terkait yakni PT Bank BRIsyariah Tbk., PT Bank Syariah Mandiri, dan PT Bank BNI Syariah. Susunan pengurus bank hasil merger telah ditetapkan dalam RUPSLB BRIsyariah yang berlangsung Selasa (15/12).
Menurut Sunanto, ke depannya bank hasil merger harus memastikan model bisnis seperti apa yang akan menjadi ciri khas mereka. Opsinya, bisa dengan memilih satu dari tiga jenis model bisnis warisan bank yang bergabung, atau meleburkan seluruh model bisnis bank-bank terkait ke dalam satu wajah baru.
“Kami tunggu perjalanannya karena ini belum ada modelnya mana yang mau dipakai dari ketiga bank terlibat, atau mau digabung semua model bisnisnya. Kemudian bagaimana dengan bank-bank syariah lain? Ini harus diatur dan dipikirkan, misalnya terkait bank daerah yang punya unit syariah. Ini harus dipikirkan agar keberadaan bank hasil merger bisa kompatibel dan berkompetisi serta memberi dampak lebih luas baik dari manajemen maupun pelayanan masyarakat, katanya.
Berdasarkan susunan pengurus yang sudah ditetapkan, bank hasil merger akan dipimpin oleh Hery Gunardi selaku Direktur Utama. Hery akan didampingi dua Wakil Direktur Utama yakni Ngatari dan Abdullah Firman Wibowo serta 7 pejabat direktur lainnya.
Bank hasil merger nantinya digadang memiliki aset total Rp214,6 triliun dengan modal inti lebih dari Rp20,4 triliun. Jumlah tersebut menempatkan bank hasil merger masuk daftar 10 besar bank terbesar di Indonesia dari sisi aset, dan TOP 10 bank syariah terbesar di dunia dari sisi kapitalisasi pasar.
Entitas hasil merger nanti bernama PT Bank Syariah Indonesia Tbk., dan akan berstatus sebagai perusahaan terbuka. Komposisi pemegang saham pada Bank Syariah Indonesia adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebesar 51,2 persen , PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 25 persen, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. 17,4 persen, DPLK BRI – Saham Syariah 2 persen, dan publik 4,4 persen.

No Comments

    Leave a Reply