CORE Indonesia, Berpeluang Besar Membawa Resesi Global

March 30, 2020

Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia menilai wabah virus corona atau Covid-19 berpeluang besar membawa resesi global tahun ini. Meski di negara sumbernya, Tiongkok, saat ini penyebarannya sudah menurun tajam dan proses recovery ekonomi domestik di negara tersebut mulai berjalan, penyebaran wabah di luar Tiongkok justru sedang mengalami eskalasi.

Bahkan Eropa dan Amerika saat ini menjadi episentrum baru penyebaran wabah tersebut menggantikan Tiongkok.

CORE mengungkapkan  Berbagai langkah pembatasan mobilitas yang diterapkan oleh berbagai negara seperti kebijakan lockdown membuat kegiatan ekonomi nyaris lumpuh. Dengan tingkat penyebaran di banyak negara yang masih  tinggi, probabilitas pandemi Covid-19 dapat ditanggulangi dalam waktu dekat sangat kecil.

Tentu saja, kekhawatiran para investor terhadap ketidakpastian ekonomi akibat Covid-19 tercermin dari indeks pasar modal di berbagai belahan dunia yang turun tajam. Bahkan, per 26 Maret 2020, beberapa indeks pasar saham utama turun lebih dari 20 persen (YTD).

Dow Jones mengalami koreksi -20,98%, Nasdaq (-13,10%), FTSE 100 (-22,89%), Nikkei (-21,10%), dan S&P Asia (-16,17%). Harga sejumlah komoditas juga mengalami penurunan sebagai respons terhadap melemahnya permintaan global. Indeks komoditas seperti batu bara, minyak sawit dan
logam, turun cukup tajam. Harga minyak mentah bahkan sudah anjlok di bawah US$25.

Selain karena melemahnya permintaan global, ini juga dipicu oleh gagalnya kesepakatan negara-negara produsen khususnya Arab Saudi dan Rusia untuk memangkas produksi minyak.

Untuk mengatasi tekanan ekonomi tersebut, pemerintah dan bank sentral di berbagai negara hampir serentak meluncurkan berbagai stimulus ekonomi. The Fed, misalnya telah meluncurkan program quantitative easing (QE) dan memangkas suku bunga 100 basis point (bps) menjadi 0,25%, Bank of Canada sebesar 100 bps. Bahkan, negara-negara yang memiliki ruang ekspansi moneter yang lebih sempit juga memangkas suku bunga acuan mereka, seperti European Central Bank (-5 bps), Bank of England (-15 bps), dan Bank of Japan (-20 bps).

Selain itu, Pemerintah AS juga meluncurkan paket bantuan sebesar USD 2 triliun atau setara dengan Rp 35 ribu triliun untuk meredam dampak ekonomi wabah Covid 19. Hanya saja, negara-negara yang mengandalkan ekspor komoditas memiliki bantalan fiskal yang lebih terbatas, sehingga potensi pelebaran defisit atau peningkatan utang publik menjadi lebih tinggi.

No Comments

    Leave a Reply