Kepala Bapanas: Indonesia Bisa Jadi Produsen Bawang untuk Pasar Global

October 12, 2024

BRIEF.ID – Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, mengatakan Indonesia bisa menjadi produsesn bawang untuk pasar global.

Pernyataan itu, disampaikan Kepala Bapanas saat menghadiri Seminar Internasional tentang Ketahanan Pangan di Kuala Lumpur, Malaysia, Sabtu (12/10/2024).

Menurut dia, bawang merah sebagai salah satu komoditas yang diekspor dari Indonesia ke Malaysia dan negara lain, menunjukkan potensi besar ekspor pangan nasional untuk memasok kebutuhan global.

Ekspor bawang merah dilakukan pemerintah Indonesia, karena menjadi salah satu komoditas pangan yang mengalami surplus dan mampu memenuhi kebutuhan di dalam negeri.

Berdasarkan proyeksi neraca pangan nasional yang disusun Bapanas, Indonesia merupakan negara produsen bawang merah dengan produksi tahunan mencapai 1,35 juta ton.

“Sementara kebutuhan konsumsi dalam setahun sebanyak 1,16 juta ton. Ini artinya masih terdapat surplus sekitar 186 ribu ton,” ungkap Arief.

Dia mengungkapkan, ekspor bawang Indonesia juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal itu, tidak terlepas dari kualitas bawang Indonesia yang diminati pasar global.

Berdasarkan data Kementerian Pertanian periode 2019-2023, Indonesia menjadi negara eksportir bawang di urutan ke-33 untuk pasar global. Rata-rata nilai ekspor 2019-2023 sebesar US$9,46 juta per tahun atau sekitar Rp147,284 miliar.

“Angka ini mengalami kenaikan yang impresif sebesar 44,87% jika dibandingkan periode 2017-2021 ketika Indonesia masih berada di urutan ke-35 produsen bawang untuk pasar global dengan rata-rata US$6,53 juta per tahun,” kata Arief.

Dia menjelaskan, pada tahun 2023 Indonesia memiliki 3,5 juta rumah tangga usaha pertanian yang mengandalkan hortikultura sebagai usaha utama.

Komoditas sayuran masih menjadi unggulan hortikultura, antara lain bawang merah, cabai besar, cabai rawit, kubis, kentang dan tomat. Di antara komoditas pangan tersebut, bawang merah mempunyai potensi ekspor, termasuk ke wilayah Asia Tenggara.

“Ini mengacu selama 2023, bawang merah menjadi penyumbang produksi terbesar kategori sayuran dengan andil hingga 13,59 persen,” ujar Arief.

Dia mengungkapkan, Thailand menjadi negara Asia Tenggara terbanyak yang menerima ekspor bawang merah dari Indonesia sebanyak 6.000 ton dengan nilai transaksi mencapai US$8 juta pada tahun 2023.

Sementara ekspor bawang merah Indonesia ke Malaysia terus mengalami eskalasi yang progresif. Pada 2021, jumlahnya masih berada di angka 59,6 ton. Kemudian terus ditingkatkan hingga mencapai 10 kali lipat atau 612,8 ton per 2023.

Terkait dengan itu, lanjutnya, pemerintah Indonesia terus mendorong ekspor bawang dan komoditas pangan lainnya, selama produksinya mengalami surplus dan telah memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Dengan dorongan tersebut, diharapkan potensi dan sumber daya produk pangan Indonesia dapat meningkat dan mengisi kebutuhan pasar yang tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga dapat merambah ke pasar internasional.

“Ini menjadi harapan kita bahwa Indonesia bisa menjadi produsen pangan dunia,” ujar Arief menghadiri Seminar Internasional tentang Ketahanan Pangan di Kuala Lumpur, Malaysia, Sabtu.

Dia menambahkan, semangat untuk membangun Indonesia sebagai produsen pangan dunia selaras dengan komitmen presiden terpilih Prabowo Subianto untuk kembali mewujudkan swasembada pangan.

“Paling lambat empat tahun setelah (Prabowo Subianto) dilantik (sebagai Presiden RI) pada 20 Oktober mendatang,” ujar Arief.

Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS), terkait Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH), sejak Februari 2022, Pemerintah Indonesia konsisten menjaga NTPH selalu berada lebih dari 100 poin.

Pada September 2024, NTPH berada di 108,46 dan masih lebih tinggi dibandingkan September 2023 yang 106,20. Sementara jika dilihat pada indeks harga yang diterima oleh petani sayur-sayuran, termasuk bawang merah, di September berada pada 135,02. Hal itu dinilai masih cukup baik dibandingkan September tahun sebelumnya yang berada di 127,94.